Growth investing adalah gaya investasi yang menekankan pada investasi pada perusahaan-perusahaan dengan prospek pertumbuhan jangka panjang yang tinggi. Gaya investasi ini melibatkan membeli saham perusahaan yang dianggap memiliki potensi untuk tumbuh lebih cepat dari rata-rata pasar saham dan mampu memberikan keuntungan yang besar di masa depan.
Beberapa ciri khas dari gaya investasi growth investing meliputi:
Fokus pada prospek pertumbuhan perusahaan: Growth investors mencari perusahaan-perusahaan dengan prospek pertumbuhan jangka panjang yang tinggi, dan cenderung lebih memilih perusahaan-perusahaan di sektor industri yang dianggap berkembang pesat.
Memperhatikan inovasi dan teknologi: Growth investors cenderung memperhatikan perusahaan-perusahaan yang memiliki inovasi dan teknologi yang unggul dan dianggap mampu menghasilkan produk atau layanan yang dapat mendominasi pasar.
Tidak terlalu memperhatikan valuasi harga saham: Growth investors cenderung tidak terlalu memperhatikan valuasi harga saham, dan lebih memfokuskan pada prospek pertumbuhan perusahaan.
Bersikap agresif dalam investasi: Growth investors cenderung bersikap agresif dalam melakukan investasi, dengan menempatkan sebagian besar portofolio mereka pada saham perusahaan-perusahaan yang memiliki prospek pertumbuhan yang baik.
Mempertimbangkan risiko investasi: Meskipun bersikap agresif dalam investasi, growth investors juga mempertimbangkan risiko investasi dan melakukan analisis risiko yang cermat sebelum memutuskan untuk berinvestasi.
Perbandingan antara value investing dan growth investing pada portofolio investasi dapat bervariasi tergantung pada profil risiko dan tujuan investasi masing-masing investor. Keseimbangan yang baik antara kedua gaya investasi dapat membantu mengurangi risiko portofolio dan meningkatkan potensi keuntungan jangka panjang.
Sebagai panduan umum, banyak investor merekomendasikan alokasi portofolio 60% untuk value investing dan 40% untuk growth investing sebagai salah satu opsi keseimbangan yang dapat dipertimbangkan. Namun, ini hanya sebagai saran umum dan alokasi yang tepat tergantung pada preferensi dan tujuan investasi masing-masing investor.
Ketika menentukan alokasi portofolio antara value investing dan growth investing, penting untuk mempertimbangkan profil risiko investor, toleransi risiko, dan tujuan jangka panjang. Investor yang lebih konservatif cenderung memilih alokasi yang lebih besar pada value investing, sementara investor yang lebih agresif cenderung memilih alokasi yang lebih besar pada growth investing. Namun, dalam setiap kasus, penting untuk melakukan riset dan analisis yang cermat terhadap perusahaan yang ingin diinvestasikan sebelum membuat keputusan investasi.
Warren Buffett, investor terkenal dan salah satu orang terkaya di dunia, terkenal dengan gaya investasi value investing. Buffett memiliki pandangan bahwa investor harus membeli saham perusahaan yang diperdagangkan di bawah nilai intrinsiknya dan memegangnya selama jangka waktu yang panjang.
Buffett percaya bahwa nilai intrinsik sebuah perusahaan dapat diukur dengan melihat fundamental bisnisnya seperti kinerja keuangan, manajemen perusahaan, dan prospek masa depan perusahaan. Ia mencari perusahaan yang berada dalam bisnis yang mudah dipahami, memiliki pangsa pasar yang kuat, dan memiliki potensi untuk tumbuh dengan baik di masa depan.
Meskipun Buffett terkenal dengan gaya investasi value investing, ia juga mempertimbangkan aspek growth investing dalam strategi investasinya. Buffett menyukai perusahaan yang memiliki prospek pertumbuhan jangka panjang dan memiliki kemampuan untuk menghasilkan arus kas yang konsisten.
Secara keseluruhan, meskipun Buffett cenderung menggunakan gaya investasi value investing, ia juga mempertimbangkan aspek growth investing dalam strategi investasinya. Buffett selalu berusaha mencari perusahaan yang memiliki nilai intrinsik yang tinggi dan memiliki prospek pertumbuhan jangka panjang yang baik.***
Link Terkait :
1. Harga Wajar Saham Menurut Benjamin Graham
0 Comments:
Post a Comment