Senin, 24 April 2023

Gaya dan Strategi Investasi John Templeton

 








John Templeton (1912-2008) adalah seorang investor dan filantropis yang terkenal di dunia investasi. Ia lahir di Tennessee, Amerika Serikat dan meraih gelar sarjana dari Yale University sebelum melanjutkan studinya di Oxford University di Inggris.

John Templeton memulai karirnya di Wall Street pada tahun 1937. Ia mendirikan Templeton Growth Fund pada tahun 1954, yang menjadi salah satu dana investasi pertama yang membeli saham di luar Amerika Serikat. Ia terkenal dengan filosofi investasinya yang mengutamakan nilai dan ketersediaan kesempatan investasi global.

Templeton dikenal sebagai seorang investor yang memiliki sikap bijak dan disiplin dalam mengelola portofolionya. Ia selalu mencari kesempatan investasi di pasar yang terabaikan atau yang sedang dalam tekanan, dan mengambil keuntungan dari ketidakseimbangan yang mungkin terjadi di pasar saham global. Pendekatannya dalam berinvestasi terkenal dengan istilah "buy low, sell high".

Selain sebagai seorang investor, John Templeton juga dikenal sebagai seorang filantropis. Ia mendirikan Templeton Foundation pada tahun 1987, yang memberikan dukungan kegiatan penelitian dalam bidang agama, sains, dan moral. Selama hidupnya, ia memberikan sumbangan besar ke berbagai lembaga amal dan yayasan, termasuk untuk penelitian medis dan pendidikan.

John Templeton dianugerahi beberapa penghargaan atas karyanya, termasuk penghargaan "Manajer Investasi Terbesar Abad Ini" oleh Majalah Money pada tahun 1999. Ia meninggal dunia pada tahun 2008 di Bahamas, di usia 95 tahun.

John Templeton dikenal sebagai seorang investor yang menggunakan strategi "value investing" yang mengutamakan nilai (value) sebuah investasi, yaitu harga saham yang dianggap rendah atau di bawah nilai intrinsik perusahaannya. Berikut ini adalah beberapa strategi John Templeton dalam investasi:

  1. Mencari kesempatan investasi di pasar yang terabaikan atau yang sedang dalam tekanan. Ia selalu mencari saham-saham yang terdiskon dan tidak populer, dan membelinya ketika pasar sedang lesu. Ia percaya bahwa kesempatan investasi terbaik muncul ketika pasar sedang tidak stabil.

  2. Mengambil keuntungan dari ketidakseimbangan yang mungkin terjadi di pasar saham global. Ia mencari saham-saham yang memiliki potensi keuntungan yang tinggi, terutama di negara-negara berkembang atau di pasar yang belum tersentuh.

  3. Menjaga disiplin dalam mengelola portofolio investasi. Ia tidak berinvestasi hanya berdasarkan "insting", tetapi selalu melakukan analisis fundamental terhadap perusahaan yang akan diinvestasikan.

  4. Menghindari mengikuti tren atau "hype" pasar. Ia tidak terlalu mengikuti tren pasar dan lebih memilih untuk berinvestasi di saham-saham yang memiliki fundamental yang kuat dan potensi keuntungan yang baik.

  5. Menggunakan prinsip diversifikasi. Ia selalu membagi portofolionya ke dalam beberapa sektor dan negara, sehingga risiko kerugian dapat diminimalkan.

  6. Selalu berpikir jangka panjang. Ia memegang investasinya dalam jangka waktu yang cukup lama, bahkan di saat pasar sedang tidak stabil atau saham-sahamnya mengalami penurunan sementara.

Dalam praktiknya, John Templeton sering menggunakan metode analisis fundamental dan teknikal untuk menentukan saham-saham yang akan diinvestasikannya. Ia juga menggunakan prinsip investasi yang diwariskan oleh Benjamin Graham, yaitu membeli saham dengan harga yang dianggap rendah dari nilai intrinsik perusahaannya.

0 Comments: